Sayangnya,
banyak calon pelaku bisnis ecommerce tidak tahu cara mengatur bisnis ecommerce,
juga pilihan model bisnis dan produk apa yang tersedia bagi mereka. Sebelum
memulai bisnis ecommerce, Anda harus memahami tipe-tipe model bisnis ecommerce
(B2B, B2C, C2C, C2B, B2G) yang ada seperti di bawah ini.
- B2B ecommerce
- B2C ecommerce
- C2C
ecommerce
- C2B
ecommerce
- Pemerintahan/Administrasi
Publik ecommerce
2.
Tipe revenue model
bisnis ecommerce
- Drop
Shipping
- Wholesaling
dan Warehousing
- Private
Labeling dan Manufacturing
- White
Labeling
- Subscription
Ecommerce
3.
Model produk revenue
- Model
Produk Tunggal
- Tunggal
- Multiple
Kategori
- Afiliasi
- Hibrida
[Afiliasi + Kategori Tunggal]
Mari
kita bahas satu persatu.
Klasifikasi Model Bisnis Ecommerce (B2B, B2C,
C2C, C2B, B2G)
Perdagangan
elektronik atau ecommerce mencakup semua pasar online yang menghubungkan
pembeli dan penjual. Internet digunakan untuk memproses semua transaksi
elektronik.
Hal
pertama yang perlu dipikirkan adalah jenis transaksi bisnis yang akan Anda
lakukan. Ketika Anda ingin menjalani bisnis ecommerce, siapa target pasar Anda? Apakah Model
Bisnis eCommerce (B2B, B2C, C2C, C2B, B2G)?
Apakah
Anda sudah memiliki ide untuk jenis bisnis e-commerce yang Anda inginkan? Apakah
Anda familiar dengan akronim-akronim tersebut ? Mari kita pelajari model-model
paling umum yang terjadi di perdagangan online.
B2B
eCommerce
Model
B2B fokus pada penyediaan produk dari satu bisnis ke bisnis lainnya.
Meskipun banyak bisnis ecommerce di area ini adalah penyedia jasa/layanan, Anda juga akan menemukan perusahaan
software,
perusahaan supplier dan pemasok perabot kantor, perusahaan hosting, dan
berbagai model bisnis ecommerce lainnya dari sektor ini.
Contoh
e-commerce B2B (business to business)
Indonesia yang mungkin Anda kenal adalah Ralali.com, IndoTrading.com, Kawan
Lama, Electronic City, Indonetwork, dan Mbiz. Bisnis tersebut memiliki platform
ecommerce yang khusus menyasar perusahaan dan bekerja dalam lingkungan
tertutup.
Di
Indonesia, model bisnis ecommerce B2B belum tergarap maksimal oleh para pelaku
bisnis. Salah satu startup tanah air yang sukses membidik peluang pasar ini
adalah MBiz, anak usaha Grup Lippo.
MBiz
didirikan Juli 2015 fokus pada e-procurement khusus
B2B dan B2G. “Kami menyediakan solusi pengadaan barang dan jasa yang
terintegrasi berbasis web bagi kalangan perusahaan dan institusi pemerintahan
mulai dari produk teknologi, peralatan kantor, perlengkapan industri, hingga
barang-barang ritel,” kata Ryn Hermawan, COO dan Co Founder MBiz.co.id.
Hermawan
menjelaskan, dengan layanan total solusi yang ditawarkan MBiz, klien korporasi
bisa langsung mengakses ke vendor-vendor yang terdaftar di MBiz dan melakukan
proses bidding. Konsep e-commerce multi vendor
berbasis web ini
memungkinkan klien melakukan e-procurement kapan
saja dan dimana saja sesuai dengan SOP masing-masing.
Saat
ini dengan layanan-layanan yang diberikan, MBiz berhasil membukukan net
merchandise value sebesar Rp 1,3 triliun dengan nilai rata-rata kontrak
transaksi Rp 312 juta.
"Customer
di Indonesia sudah lebih dulu terbiasa dengan layanan e-commerce B2C, mereka
memahami kemudahan dan keuntungan yang ditawarkan. Ketika kami hadir dengan
platform e-commerce B2B maka mereka tidak perlu waktu lama untuk
memahaminya," imbuh Ryn.
B2B
adalah pangsa pasar yang belum tersentuh di Indonesia, sehingga peluangnya
masih sangat besar. Namun, tantangannya juga tidak sedikit.
Untuk
pemaparan yang lebih detail, silakan unduh laporan riset bertajuk “A Study of
B2B Commerce Services in Indonesia 2018″ yang digagas oleh DailySocial bersama
Jakpat Mobile Survey Platform, secara gratis di sini.
Beberapa
poin yang dibahas dalam laporan tersebut:
- Potensi pangsa pasar B2B di Indonesia, melihat tren
pertumbuhan global.
- Pemahaman masyarakat tentang B2B commerce.
- Karakteristik dan ragam fitur B2B commerce yang telah
beroperasi.
B2C
eCommerce
Sektor
ecommerce B2C (business to consumer)
adalah model bisnis yang lazim dilakukan di pasar ecommerce. Bahkan sektor B2C
adalah model bisnis yang selalu ada dipikiran orang saat mendengar kata
‘ecommerce’. Transaksi ecommerce B2C menyerupai model ritel tradisional, di
mana bisnis menjual jasa/produk kepada individu, namun bisnis dijalankan
dengan platform online alih-alih dengan toko fisik.
Contoh
pemain ecommerce B2C di Indonesia adalah Blibli, Jd.id, dan Lazada. Namun, dari
laporan DailySocial mengindikasikan
adanya peleburan batas antara ecommerce B2C dan C2C yang dilihat dari penilaian
reputasi. Penilaian terhadap reputasi umumnya didasarkan pada kepercayaan
konsumen yang terbentuk dari beberapa faktor, diantaranya jaminan produk,
kualitas layanan, hingga efektivitas sistem yang disajikan.
Dari
penilaian reputasi, masing-masing memiliki angka yang cukup berimbang, Blibli
dan Tokopedia mendapati angka tertinggi. Dari tabel penilaian di atas, Shopee
memiliki peringkat teratas dalam urusan produk murah dan biaya pengiriman
gratis. Sedangkan JD.id menguatkan brand dengan jaminan produk jualannya asli.
Meleburnya
kategori C2B dan B2C juga ditengarai hadirnya “Official Store” di online marketplace –sebagai
contoh brand tertentu
memiliki tempat khusus di Bukalapak untuk menjual produk dari distributor
resminya. Implikasinya justru menguatkan SKU produk yang dimiliki C2C, hal
tersebut sekaligus tervalidasi dalam penilaian kelengkapan produk dengan persentase
tertinggi didapat oleh Tokopedia.
C2C
eCommerce
Model
bisnis ecommerce ketiga adalah C2C (consumer
to consumer), yang kemudian terbagi lagi menjadi dua model yaitu marketplace dan classifieds/P2P. Dalam kategori
C2C e-commerce ini,
konsumen individu dapat menjual maupun membeli produk dari konsumen lainnya.
Bukalapak, Shopee, dan Tokopedia merupakan beberapa contoh marketplace yang
paling dikenal di Indonesia.
Selain
melalui marketplace, kegiatan jual beli juga juga dapat dilakukan secara
langsung antar individu, tanpa adanya termasuk dari pihak ketiga. Beberapa
contoh platform dengan
model bisnis ini adalah OLX, Kaskus, hingga melalui Instagram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar